Kopi Ulee Kareng, Kopi
Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
1296028244294436870
Kopi Ulee Kareng
Aroma kopi Aceh sudah sejak lama terkenal di Indonesia, mungkin pula di
dunia. Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesar di negeri
kepulauan ini. Tanah Aceh menghasilkan sekitar 40 persen biji kopi jenis
Arabica tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia. Dan
Indonesia merupakan pengekspor biji kopi terbesar keempat di dunia.
Bicara kopi Aceh pascatsunami, tak bisa lepas dari berdatangannya
komunitas internasional di bumi Serambi Mekkah ini. Mayoritas mereka
juga menyukai kopi Aceh. Tak kurang dari seorang Bill Clinton, yang
mantan Presiden Amerika Serikat itu pun, mengagumi kopi Aceh. Dirintis
sejak tahun 1960, kopi Ulee Kareng menjadi salah satu kopi bubuk lokal
terkenal di Banda Aceh. Cita rasa khas Aceh adalah salah satu keunggulan
dari kopi bubuk warisan keluarga ini. Mutu itu pula yang menjadikan
kopi bubuk ulee kareng mampu bertahan hingga sekarang. Bahkan, kopi ini
memiliki cita rasa yang identik dengan daerah asal kopi itu sendiri,
seperti Pidie dan Banda Aceh. Ketenaran kopi Ulee Kareng sudah menyebar
sampai ke Malaysia dan Singapura.
Di Aceh, telah menjadi tradisi bagi kaum prianya untuk menikmati kopi di
warung-warung. Jumlah warung kopi di Aceh, khususnya di Banda Aceh,
sangat banyak. Warung kopi di Aceh tidak sama dengan warung kopi yang
ada di Pulau Jawa, karena warung kopi di Aceh bentuknya seperti
restoran. Dari sekian banyak warung kopi di Kota Banda Aceh, terdapat
satu warung kopi yang sangat populer dan selalu dipenuhi pengunjung dari
pagi hingga malam hari, yaitu warung kopi Ulee Kareng “Jasa Ayah” atau
lebih dikenal dengan sebutan Solong. Warung kopi ini dimiliki oleh
seorang pria Aceh yang bernama Nawawi. Sebelumnya warung kopi ini telah
ada sejak tahun 1958, namun bukan dengan nama “Jasa Ayah”, yang dikelola
oleh orang tua Nawawi, yang bernama Haji Muhammad.
Bagi kaum lelaki Aceh, warung kopi tidak hanya sebagai tempat untuk
menikmati secangkir kopi dan beberapa makanan khas Aceh lainnya, namun
ia berkembang dengan fungsinya yang lebih luas, seperti fungsi sosial,
yaitu sebagai tempat memperkuat ikatan solidaritas antar kelompok atau
antar sahabat; fungsi politik, dijadikan tempat diskusi isu-isu politik
dan pemerintahan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional; dan
fungsi ekonomi, yaitu sebagai tempat pertemuan dan lobi-lobi bisnis.
12960273602081383454
12960273602081383454
Bubuk Kopi Ulee Kareng yang sudah mendunia
Di Banda Aceh, yang disebut warung kopi bentuknya hampir sama seperti
restaurant. Bukan duduk di bangku kayu, melainkan di kursi plastik
dengan sandaran yang memungkinkan orang yang menduduki bersandar dengan
santainya. Kursinya pendek, tempat dudukannya sejajar dengan meja.
Jadilah para penikmat kopi itu makin nikmat meneguk minuman pahit itu.
Sambil menikmati kopi, di meja akan disuguhi beberapa jenis kudapan khas
Aceh yang semua rasanya manis. Rupanya rasa ini menjadi favorit di
sini. Kopinya sendiri, kebanyakan hadir dalam gelas kecil. Meskipun
begitu, rasanya pas dan tidak terlalu pahit seperti espresso.
Warung kopi “Jasa Ayah” tidak hanya populer di Aceh, namun juga di
Indonesia. Kepopulerannya semakin bertambah pasca tsunami di Aceh,
karena banyak pekerja nasional dan internasional yang berdatangan ke
Aceh. Tidak hanya media massa nasional yang memuat berita tentang
kekhasan aroma dan rasa kopi “Jasa Ayah”, namun juga media
internasional.
129602777764334836
129602777764334836
Kopi Ulee Kareng, penuh citarasa
Keistimewaan aroma dan rasanya berasal dari pengolahan kopi arabika yang
jitu. Kopi itu didatangkan dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Diolah
dengan cara-cara khusus dan penuh kesabaran, dan keuletan, mulai dari
penyangraian (penggosengan) hingga penggilingan. Ketika kopi itu
disangrai, apinya tidak boleh terlalu besar, karena dapat menyebabkan
kegosongan. Setelah itu baru kopi digiling. Pada saat kopi itu akan
disajikan, ia harus diseduh dengan air mendidih agar mengeluarkan aroma
yang harum hingga beberapa meter dan barulah setelah itu disaring dan
siap disajikan. Umumnya pengunjung yang menikmati kopi arabika “Jasa
Ayah”, menikmatinya sambil menyantap hidangan khas Aceh lainnya, seperti
kue sarikaya (asoe kaya), kue timpan, kue bolu, martabak telor, nasi
gurih (bu guri -- di Jawa sering disebut nasi uduk) ataupun mie Aceh.
(mhd)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ydaffa/kopi-ulee-kareng-kopi-bubuk-cita-rasa-khas-aceh_55007614a333114a73510d69
Kopi Ulee Kareng, Kopi
Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
1296028244294436870
Kopi Ulee Kareng
Aroma kopi Aceh sudah sejak lama terkenal di Indonesia, mungkin pula di
dunia. Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesar di negeri
kepulauan ini. Tanah Aceh menghasilkan sekitar 40 persen biji kopi jenis
Arabica tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia. Dan
Indonesia merupakan pengekspor biji kopi terbesar keempat di dunia.
Bicara kopi Aceh pascatsunami, tak bisa lepas dari berdatangannya
komunitas internasional di bumi Serambi Mekkah ini. Mayoritas mereka
juga menyukai kopi Aceh. Tak kurang dari seorang Bill Clinton, yang
mantan Presiden Amerika Serikat itu pun, mengagumi kopi Aceh. Dirintis
sejak tahun 1960, kopi Ulee Kareng menjadi salah satu kopi bubuk lokal
terkenal di Banda Aceh. Cita rasa khas Aceh adalah salah satu keunggulan
dari kopi bubuk warisan keluarga ini. Mutu itu pula yang menjadikan
kopi bubuk ulee kareng mampu bertahan hingga sekarang. Bahkan, kopi ini
memiliki cita rasa yang identik dengan daerah asal kopi itu sendiri,
seperti Pidie dan Banda Aceh. Ketenaran kopi Ulee Kareng sudah menyebar
sampai ke Malaysia dan Singapura.
Di Aceh, telah menjadi tradisi bagi kaum prianya untuk menikmati kopi di
warung-warung. Jumlah warung kopi di Aceh, khususnya di Banda Aceh,
sangat banyak. Warung kopi di Aceh tidak sama dengan warung kopi yang
ada di Pulau Jawa, karena warung kopi di Aceh bentuknya seperti
restoran. Dari sekian banyak warung kopi di Kota Banda Aceh, terdapat
satu warung kopi yang sangat populer dan selalu dipenuhi pengunjung dari
pagi hingga malam hari, yaitu warung kopi Ulee Kareng “Jasa Ayah” atau
lebih dikenal dengan sebutan Solong. Warung kopi ini dimiliki oleh
seorang pria Aceh yang bernama Nawawi. Sebelumnya warung kopi ini telah
ada sejak tahun 1958, namun bukan dengan nama “Jasa Ayah”, yang dikelola
oleh orang tua Nawawi, yang bernama Haji Muhammad.
Bagi kaum lelaki Aceh, warung kopi tidak hanya sebagai tempat untuk
menikmati secangkir kopi dan beberapa makanan khas Aceh lainnya, namun
ia berkembang dengan fungsinya yang lebih luas, seperti fungsi sosial,
yaitu sebagai tempat memperkuat ikatan solidaritas antar kelompok atau
antar sahabat; fungsi politik, dijadikan tempat diskusi isu-isu politik
dan pemerintahan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional; dan
fungsi ekonomi, yaitu sebagai tempat pertemuan dan lobi-lobi bisnis.
12960273602081383454
12960273602081383454
Bubuk Kopi Ulee Kareng yang sudah mendunia
Di Banda Aceh, yang disebut warung kopi bentuknya hampir sama seperti
restaurant. Bukan duduk di bangku kayu, melainkan di kursi plastik
dengan sandaran yang memungkinkan orang yang menduduki bersandar dengan
santainya. Kursinya pendek, tempat dudukannya sejajar dengan meja.
Jadilah para penikmat kopi itu makin nikmat meneguk minuman pahit itu.
Sambil menikmati kopi, di meja akan disuguhi beberapa jenis kudapan khas
Aceh yang semua rasanya manis. Rupanya rasa ini menjadi favorit di
sini. Kopinya sendiri, kebanyakan hadir dalam gelas kecil. Meskipun
begitu, rasanya pas dan tidak terlalu pahit seperti espresso.
Warung kopi “Jasa Ayah” tidak hanya populer di Aceh, namun juga di
Indonesia. Kepopulerannya semakin bertambah pasca tsunami di Aceh,
karena banyak pekerja nasional dan internasional yang berdatangan ke
Aceh. Tidak hanya media massa nasional yang memuat berita tentang
kekhasan aroma dan rasa kopi “Jasa Ayah”, namun juga media
internasional.
129602777764334836
129602777764334836
Kopi Ulee Kareng, penuh citarasa
Keistimewaan aroma dan rasanya berasal dari pengolahan kopi arabika yang
jitu. Kopi itu didatangkan dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Diolah
dengan cara-cara khusus dan penuh kesabaran, dan keuletan, mulai dari
penyangraian (penggosengan) hingga penggilingan. Ketika kopi itu
disangrai, apinya tidak boleh terlalu besar, karena dapat menyebabkan
kegosongan. Setelah itu baru kopi digiling. Pada saat kopi itu akan
disajikan, ia harus diseduh dengan air mendidih agar mengeluarkan aroma
yang harum hingga beberapa meter dan barulah setelah itu disaring dan
siap disajikan. Umumnya pengunjung yang menikmati kopi arabika “Jasa
Ayah”, menikmatinya sambil menyantap hidangan khas Aceh lainnya, seperti
kue sarikaya (asoe kaya), kue timpan, kue bolu, martabak telor, nasi
gurih (bu guri -- di Jawa sering disebut nasi uduk) ataupun mie Aceh.
(mhd)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ydaffa/kopi-ulee-kareng-kopi-bubuk-cita-rasa-khas-aceh_55007614a333114a73510d69
Kopi Ulee Kareng, Kopi Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
26 Januari 2011 07:44:01 Diperbarui: 26 Juni 2015 09:10:46 Dibaca :
3,530 Komentar : 8 Nilai : 0 Durasi Baca : 2 menit
Kopi Ulee Kareng, Kopi Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
1296028244294436870
Kopi Ulee Kareng
Aroma kopi Aceh sudah sejak lama terkenal di Indonesia, mungkin pula di
dunia. Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesar di negeri
kepulauan ini. Tanah Aceh menghasilkan sekitar 40 persen biji kopi jenis
Arabica tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia. Dan
Indonesia merupakan pengekspor biji kopi terbesar keempat di dunia.
Bicara kopi Aceh pascatsunami, tak bisa lepas dari berdatangannya
komunitas internasional di bumi Serambi Mekkah ini. Mayoritas mereka
juga menyukai kopi Aceh. Tak kurang dari seorang Bill Clinton, yang
mantan Presiden Amerika Serikat itu pun, mengagumi kopi Aceh. Dirintis
sejak tahun 1960, kopi Ulee Kareng menjadi salah satu kopi bubuk lokal
terkenal di Banda Aceh. Cita rasa khas Aceh adalah salah satu keunggulan
dari kopi bubuk warisan keluarga ini. Mutu itu pula yang menjadikan
kopi bubuk ulee kareng mampu bertahan hingga sekarang. Bahkan, kopi ini
memiliki cita rasa yang identik dengan daerah asal kopi itu sendiri,
seperti Pidie dan Banda Aceh. Ketenaran kopi Ulee Kareng sudah menyebar
sampai ke Malaysia dan Singapura.
Di Aceh, telah menjadi tradisi bagi kaum prianya untuk menikmati kopi di
warung-warung. Jumlah warung kopi di Aceh, khususnya di Banda Aceh,
sangat banyak. Warung kopi di Aceh tidak sama dengan warung kopi yang
ada di Pulau Jawa, karena warung kopi di Aceh bentuknya seperti
restoran. Dari sekian banyak warung kopi di Kota Banda Aceh, terdapat
satu warung kopi yang sangat populer dan selalu dipenuhi pengunjung dari
pagi hingga malam hari, yaitu warung kopi Ulee Kareng “Jasa Ayah” atau
lebih dikenal dengan sebutan Solong. Warung kopi ini dimiliki oleh
seorang pria Aceh yang bernama Nawawi. Sebelumnya warung kopi ini telah
ada sejak tahun 1958, namun bukan dengan nama “Jasa Ayah”, yang dikelola
oleh orang tua Nawawi, yang bernama Haji Muhammad.
Bagi kaum lelaki Aceh, warung kopi tidak hanya sebagai tempat untuk
menikmati secangkir kopi dan beberapa makanan khas Aceh lainnya, namun
ia berkembang dengan fungsinya yang lebih luas, seperti fungsi sosial,
yaitu sebagai tempat memperkuat ikatan solidaritas antar kelompok atau
antar sahabat; fungsi politik, dijadikan tempat diskusi isu-isu politik
dan pemerintahan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional; dan
fungsi ekonomi, yaitu sebagai tempat pertemuan dan lobi-lobi bisnis.
12960273602081383454
12960273602081383454
Bubuk Kopi Ulee Kareng yang sudah mendunia
Di Banda Aceh, yang disebut warung kopi bentuknya hampir sama seperti
restaurant. Bukan duduk di bangku kayu, melainkan di kursi plastik
dengan sandaran yang memungkinkan orang yang menduduki bersandar dengan
santainya. Kursinya pendek, tempat dudukannya sejajar dengan meja.
Jadilah para penikmat kopi itu makin nikmat meneguk minuman pahit itu.
Sambil menikmati kopi, di meja akan disuguhi beberapa jenis kudapan khas
Aceh yang semua rasanya manis. Rupanya rasa ini menjadi favorit di
sini. Kopinya sendiri, kebanyakan hadir dalam gelas kecil. Meskipun
begitu, rasanya pas dan tidak terlalu pahit seperti espresso.
Warung kopi “Jasa Ayah” tidak hanya populer di Aceh, namun juga di
Indonesia. Kepopulerannya semakin bertambah pasca tsunami di Aceh,
karena banyak pekerja nasional dan internasional yang berdatangan ke
Aceh. Tidak hanya media massa nasional yang memuat berita tentang
kekhasan aroma dan rasa kopi “Jasa Ayah”, namun juga media
internasional.
129602777764334836
129602777764334836
Kopi Ulee Kareng, penuh citarasa
Keistimewaan aroma dan rasanya berasal dari pengolahan kopi arabika yang
jitu. Kopi itu didatangkan dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Diolah
dengan cara-cara khusus dan penuh kesabaran, dan keuletan, mulai dari
penyangraian (penggosengan) hingga penggilingan. Ketika kopi itu
disangrai, apinya tidak boleh terlalu besar, karena dapat menyebabkan
kegosongan. Setelah itu baru kopi digiling. Pada saat kopi itu akan
disajikan, ia harus diseduh dengan air mendidih agar mengeluarkan aroma
yang harum hingga beberapa meter dan barulah setelah itu disaring dan
siap disajikan. Umumnya pengunjung yang menikmati kopi arabika “Jasa
Ayah”, menikmatinya sambil menyantap hidangan khas Aceh lainnya, seperti
kue sarikaya (asoe kaya), kue timpan, kue bolu, martabak telor, nasi
gurih (bu guri -- di Jawa sering disebut nasi uduk) ataupun mie Aceh.
(mhd)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ydaffa/kopi-ulee-kareng-kopi-bubuk-cita-rasa-khas-aceh_55007614a333114a73510d69
Kopi Ulee Kareng, Kopi Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
26 Januari 2011 07:44:01 Diperbarui: 26 Juni 2015 09:10:46 Dibaca :
3,530 Komentar : 8 Nilai : 0 Durasi Baca : 2 menit
Kopi Ulee Kareng, Kopi Bubuk Cita Rasa Khas Aceh
1296028244294436870
Kopi Ulee Kareng
Aroma kopi Aceh sudah sejak lama terkenal di Indonesia, mungkin pula di
dunia. Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesar di negeri
kepulauan ini. Tanah Aceh menghasilkan sekitar 40 persen biji kopi jenis
Arabica tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia. Dan
Indonesia merupakan pengekspor biji kopi terbesar keempat di dunia.
Bicara kopi Aceh pascatsunami, tak bisa lepas dari berdatangannya
komunitas internasional di bumi Serambi Mekkah ini. Mayoritas mereka
juga menyukai kopi Aceh. Tak kurang dari seorang Bill Clinton, yang
mantan Presiden Amerika Serikat itu pun, mengagumi kopi Aceh. Dirintis
sejak tahun 1960, kopi Ulee Kareng menjadi salah satu kopi bubuk lokal
terkenal di Banda Aceh. Cita rasa khas Aceh adalah salah satu keunggulan
dari kopi bubuk warisan keluarga ini. Mutu itu pula yang menjadikan
kopi bubuk ulee kareng mampu bertahan hingga sekarang. Bahkan, kopi ini
memiliki cita rasa yang identik dengan daerah asal kopi itu sendiri,
seperti Pidie dan Banda Aceh. Ketenaran kopi Ulee Kareng sudah menyebar
sampai ke Malaysia dan Singapura.
Di Aceh, telah menjadi tradisi bagi kaum prianya untuk menikmati kopi di
warung-warung. Jumlah warung kopi di Aceh, khususnya di Banda Aceh,
sangat banyak. Warung kopi di Aceh tidak sama dengan warung kopi yang
ada di Pulau Jawa, karena warung kopi di Aceh bentuknya seperti
restoran. Dari sekian banyak warung kopi di Kota Banda Aceh, terdapat
satu warung kopi yang sangat populer dan selalu dipenuhi pengunjung dari
pagi hingga malam hari, yaitu warung kopi Ulee Kareng “Jasa Ayah” atau
lebih dikenal dengan sebutan Solong. Warung kopi ini dimiliki oleh
seorang pria Aceh yang bernama Nawawi. Sebelumnya warung kopi ini telah
ada sejak tahun 1958, namun bukan dengan nama “Jasa Ayah”, yang dikelola
oleh orang tua Nawawi, yang bernama Haji Muhammad.
Bagi kaum lelaki Aceh, warung kopi tidak hanya sebagai tempat untuk
menikmati secangkir kopi dan beberapa makanan khas Aceh lainnya, namun
ia berkembang dengan fungsinya yang lebih luas, seperti fungsi sosial,
yaitu sebagai tempat memperkuat ikatan solidaritas antar kelompok atau
antar sahabat; fungsi politik, dijadikan tempat diskusi isu-isu politik
dan pemerintahan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional; dan
fungsi ekonomi, yaitu sebagai tempat pertemuan dan lobi-lobi bisnis.
12960273602081383454
12960273602081383454
Bubuk Kopi Ulee Kareng yang sudah mendunia
Di Banda Aceh, yang disebut warung kopi bentuknya hampir sama seperti
restaurant. Bukan duduk di bangku kayu, melainkan di kursi plastik
dengan sandaran yang memungkinkan orang yang menduduki bersandar dengan
santainya. Kursinya pendek, tempat dudukannya sejajar dengan meja.
Jadilah para penikmat kopi itu makin nikmat meneguk minuman pahit itu.
Sambil menikmati kopi, di meja akan disuguhi beberapa jenis kudapan khas
Aceh yang semua rasanya manis. Rupanya rasa ini menjadi favorit di
sini. Kopinya sendiri, kebanyakan hadir dalam gelas kecil. Meskipun
begitu, rasanya pas dan tidak terlalu pahit seperti espresso.
Warung kopi “Jasa Ayah” tidak hanya populer di Aceh, namun juga di
Indonesia. Kepopulerannya semakin bertambah pasca tsunami di Aceh,
karena banyak pekerja nasional dan internasional yang berdatangan ke
Aceh. Tidak hanya media massa nasional yang memuat berita tentang
kekhasan aroma dan rasa kopi “Jasa Ayah”, namun juga media
internasional.
129602777764334836
129602777764334836
Kopi Ulee Kareng, penuh citarasa
Keistimewaan aroma dan rasanya berasal dari pengolahan kopi arabika yang
jitu. Kopi itu didatangkan dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Diolah
dengan cara-cara khusus dan penuh kesabaran, dan keuletan, mulai dari
penyangraian (penggosengan) hingga penggilingan. Ketika kopi itu
disangrai, apinya tidak boleh terlalu besar, karena dapat menyebabkan
kegosongan. Setelah itu baru kopi digiling. Pada saat kopi itu akan
disajikan, ia harus diseduh dengan air mendidih agar mengeluarkan aroma
yang harum hingga beberapa meter dan barulah setelah itu disaring dan
siap disajikan. Umumnya pengunjung yang menikmati kopi arabika “Jasa
Ayah”, menikmatinya sambil menyantap hidangan khas Aceh lainnya, seperti
kue sarikaya (asoe kaya), kue timpan, kue bolu, martabak telor, nasi
gurih (bu guri -- di Jawa sering disebut nasi uduk) ataupun mie Aceh.
(mhd)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ydaffa/kopi-ulee-kareng-kopi-bubuk-cita-rasa-khas-aceh_55007614a333114a73510d69